Poin Penting:
- Futures S&P 500 naik 0,4% setelah aksi jual tajam pada hari Senin, tetapi Nasdaq-100 masih berjuang untuk pulih di tengah pelemahan sektor teknologi.
- Dow Jones kehilangan hampir 900 poin akibat kekhawatiran resesi dan ketegangan perdagangan, mencatatkan penurunan Nasdaq terburuk sejak September 2022.
- Goldman Sachs dan Moody’s meningkatkan probabilitas resesi, mengutip dampak kebijakan tarif Trump dan perlambatan belanja federal.
- Tom Lee menyebut aksi jual ini sebagai reaksi berlebihan, mencatat bahwa kemungkinan pemangkasan suku bunga The Fed pada Mei sebesar 49% dapat menstabilkan pasar saham AS.
- Investor menantikan data CPI dan PPI minggu ini, indikator utama yang dapat memengaruhi kebijakan The Fed dan arah pasar saham.
Futures Saham Rebound Setelah Aksi Jual Tajam, Investor Menanti Data Kunci
Futures saham naik pada awal perdagangan Selasa setelah kekhawatiran resesi memicu aksi jual besar-besaran pada hari Senin, mengirim Dow Jones Industrial Average turun hampir 900 poin dan Nasdaq Composite mencatatkan hari terburuk sejak September 2022. Futures S&P 500 naik 0,4%, sementara futures Dow naik 0,3%. Namun, futures Nasdaq-100 masih tertekan, turun 0,15%.
Aksi Jual Pasar Dipicu oleh Kekhawatiran Resesi dan Ketidakpastian Perdagangan
Penurunan hari Senin memperpanjang tren penurunan S&P 500 ke minggu keempat berturut-turut, dengan investor terguncang oleh meningkatnya risiko resesi dan ketegangan perdagangan yang kembali mencuat. Goldman Sachs dan Moody’s meningkatkan probabilitas resesi mereka, mengutip potensi dampak negatif dari kebijakan tarif Presiden Donald Trump. Menteri Keuangan AS Scott Bessent juga memperingatkan adanya “periode detoks” bagi ekonomi seiring menurunnya belanja federal.
Namun, Tom Lee dari Fundstrat menyebut aksi jual ini sebagai reaksi berlebihan, dengan menyatakan bahwa pasar saat ini memperhitungkan gangguan perdagangan dengan intensitas yang mirip dengan Brexit. Ia juga menyoroti meningkatnya ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed—yang kini berada di angka 49% untuk bulan Mei, menurut CME’s FedWatch tool—sebagai faktor potensial yang dapat menstabilkan pasar.
Pasar Obligasi Menunjukkan Peningkatan Risiko, Dolar Melemah
Pasar obligasi mencerminkan peningkatan aversi risiko, dengan yield Treasury 10 tahun turun 9 basis poin menjadi 4,23% dan yield Treasury 2 tahun turun 10 basis poin menjadi 3,91%. Pergerakan ini menunjukkan meningkatnya permintaan terhadap aset safe-haven.
Sementara itu, dolar AS melemah terhadap yen Jepang dan franc Swiss, karena investor mencari perlindungan dari ketidakpastian perdagangan. Dolar turun 0,76% terhadap yen, mencapai level terendah sejak Oktober, sementara franc Swiss mencapai level tertinggi dalam tiga bulan terakhir. Euro tetap stabil di dekat puncak empat bulan, didukung oleh ekspektasi peningkatan belanja pemerintah Eropa.
Katalis Utama: CPI, PPI, dan Pidato Trump di Business Roundtable
Pasar kini beralih ke data ekonomi dan perkembangan politik untuk menentukan arah pergerakan selanjutnya. Laporan lowongan kerja pada hari Selasa, Indeks Harga Konsumen (CPI) pada hari Rabu, dan Indeks Harga Produsen (PPI) pada hari Kamis akan memberikan wawasan penting mengenai inflasi dan kebijakan The Fed ke depan. Data CPI, khususnya, akan menentukan apakah ekspektasi pemangkasan suku bunga semakin kuat atau melemah.
Para trader juga akan mengawasi pidato Presiden Trump di Business Roundtable pada hari Selasa. Pernyataannya mengenai tarif dan kebijakan perdagangan akan dipantau dengan ketat, terutama karena para pemimpin korporasi terus menekan kebijakan proteksionis.
Prospek Pasar: Potensi Stabilisasi Jika Data dan Kebijakan Sejalan
Meskipun kekhawatiran resesi telah memicu volatilitas pasar, beberapa faktor dapat mendukung pemulihan. Data CPI yang lebih rendah dari perkiraan atau sinyal dovish dari The Fed dapat memberikan kelegaan, sementara kejelasan mengenai kebijakan perdagangan dapat meredakan ketidakpastian investor. Namun, tekanan pada saham teknologi dan risiko tarif masih menjadi hambatan utama. Trader perlu tetap waspada terhadap perubahan sentimen seiring berkembangnya data ekonomi dan kebijakan.